Sabtu, 20 September 2014

Athaya Yumnaku...



Aku menemukan gadis kecil itu menangis di depan TV nya. Tanpa suara memang, tetapi dengan ekspresi yang menggambarkan kepiluan hatinya. Mulutnya mencibir, matanya berkaca dan mukanya merah meski pun masih ada gurat kepolosan. Ia belum genap berumur dua setengah tahun tapi aku banyak merasakan bahwa jalan pikirnya lebih dari anak seusia itu yang kerap ketemui dan kupelajari saat mata kuliah Tumbuh Kembang. Saat kutanya mengapa Ia menangis, ia hanya menunjuk dan berkata “mbaakk... nangiss...” suaranya bergetar.. Setelah agak lama kuamati, adegan di televisi itu menunjukkan dua anak kecil. Sepertinya mereka bersaudara, Seorang kakak perempuan dan adik lelakinya yang mencari ibunya entah ditinggal karena apa.. Aku tertawa, Ibuku pun mengikutiku. Lucu juga melihat anak batita yang menangis karena empati seperti itu.
                Pernah juga Ia duduk sendiri di depan rumah setelah Ia dimandikan. Ia bermain sendiri  namun matanya tetap mengamati sekelilingnya. Terdengar suara tangisan anak kecil di rumah seberang jalan. Ia tentu mengenalnya. Tidak lama, Ia berlari menghambur kepelukan ibunya yang sedang menjahit waktu itu. Lagi-lagi matanya basah. Sungguh, Kelak saat Ia sudah dewasa, aku yakin benar dia tidak mempunyai watak acuh kepada sesamanya, punya jiwa besar dan natural saja melakukan itu semua.
                Sesaaat sebelum aku kembali kesini, Ia memang sedikit rewel.Ibu, Bapak dan Aku padahal sudah di situ.  Apa pun yang kami lakukan salah di hadapannya. Aku sengaja memvideo kannya sedang menangis. Keeesokan harinya Ia membuka galeri di hape ku dan menemukan video Ia lagi menangis itu. Dan, lagi-lagi Ia menangis. Aduh nak, kami tertawa melihat kelakuanmu yang polos tapi yaaa seoerti itu.
                Apa pun makanan yang Ia punya selalu di tawarkan kepada yang lain. Apa pun itu. Meskipun kami tahu, Ia tak pernah bisa berhenti makan jelly sejempol jari itu. Ia murung saat jellynya habis. Dan kami harus berpura-pura menolaknya agar Ia puas menikmati  jelly inaco nya.
                Ia gemar membeli sesuatu dari mamang-mamang yang lewat di jalan. Meskipun pada akhirnya kami yang memakan makanan yang Ia beli. Suatu kali Aku mengantar Ia mengejar Mamang tukang bakso yang sudah agak jauh. Ia berlari, yaaaa berlarinya dia sama dengan berjalannya kami yang dewasa tentunya. Keluar halaman dan Ia menemukan adik sepupunya menangis. Tanpa diminta Ia berhenti dan menenangkan adik sepupunya tersebut. Tau apa yang  Ia lakukan? Ia mengelus pipi adiknya dan memeluk adik yang terpaut usia lima bulan darinya. Hmm.. aku hanya bisa melihat.
                Apa pun yang kami lakukan begitu cepat Ia lakukan juga. Seperti itu halnya dengan anak kecil lain. Apalagi batita yang sedang menjalan proses “periode emas” kata iklan susu formula di TV. Dari itulah, lingkungan sangat mempengaruhi bagaimana kepribadian orang dibentuk. Kitalah orang-orang terdekat yang harusnya mencotohkan dulu perilaku baik. Tidak lagi menunggu Ia tumbuh dewasa sehingga kita baru mencontohi dengan yang baik. Seperti halnya segumpal darah yang berarti segalanya bagi tubuh kita. Jika segumpal darah itu baik, maka baiklah diri kita. Ada yang berpendapat mengenai segumpal darah itu adalah Jantung, Hati nurani manusia, terakhir malah Dokter yang menjadi dosenku berpendapat bahwa segumpal darah merupakan hipotalamuse. Hipotalamuse memang kecil, terletak di kepala manusia. Kalau aku tidak salah, Hipotalamuse mempunyai tugas untuk mengatur perasaan dan sebagainya. Wallahua’lam..
                Athaya Yumnaku, yang kerap memanggilku “Kakak” meskipun tidak ada yang membiasakannya seperti itu. Mungkin dari sebayanya atau sepupu-sepupu kecilnya. Aku tidak suka sebenarnya, tapi apa pun itu.. Aku sangat yakin kamu menjadi salah satu dari mereka yang dapat menginspirasi banyak orang, dapat berbuat lebih untuk sesamamu, menjaga orang di sekitarmu.. Aku yakin. Kamu melewati masa kecilmu dengan bahagia, Semua menyayangimu, berusaha menurutimu, selalu menemanimu.. Ya, meskipun kadang kali kamu juga ikut menjadi samsak Ibu waktu Ia lagi kecapekan. Hehe.. aku juga, Tapi itu hanya sebagian kecil, bahagiamu jauuuuh lebih banyak.
Ia pandai bersolek, kerap kali kutemukan kotak make up ku terbuka dan semua isinya keluar.. Siapa lagi yang berani meminjam tanpa mengembalikannya dengan rapi? Eyeline di alis, Alis kanan atau kirinya saja, lipstik di bibirnya. Kelihatan monyong dan bibirnya jadi semakin lebar. Kuasku tetap dipegang. Diusap-usapkannya ke pipinya. Entah ini pelajaran baik atau buruk karena sering kali Ia melihat aku dan orang disekitarnya bersolek di hadapannya. Pernah suatu kali Ia lagi mengantuk dan rewel lagi. Ia ingin aku membuka laptopku dan memainkan video punya nya. Tapi sebelum video selesai Ia berteriak “Ganti Kak,” setelah ganti Ia tetap berteriak seperti itu. Ketika kutanya apa video yang Ia ingin.. Ia berkata “ayam ayam..” padahal tadi sudah kumainkan. Kumainkan lagi dan Ia berkata “gantigantiii,” “Bebek bebek,” akhirnya aku membuka video tutorial make up lalu Ia diam, Setelah beberapa menit, Aku pura-pura tidur dan akhirnya Ia tidur juga.. Rupanya hanya tutorial make up yang membuat Ia diam dan tidak memotong videonya dan mengatakan “Ganti gantiiii” dengan keras plus sedikit memukulku. (Rosyida)

Sabtu, 20 September 2014

Athaya Yumnaku...



Aku menemukan gadis kecil itu menangis di depan TV nya. Tanpa suara memang, tetapi dengan ekspresi yang menggambarkan kepiluan hatinya. Mulutnya mencibir, matanya berkaca dan mukanya merah meski pun masih ada gurat kepolosan. Ia belum genap berumur dua setengah tahun tapi aku banyak merasakan bahwa jalan pikirnya lebih dari anak seusia itu yang kerap ketemui dan kupelajari saat mata kuliah Tumbuh Kembang. Saat kutanya mengapa Ia menangis, ia hanya menunjuk dan berkata “mbaakk... nangiss...” suaranya bergetar.. Setelah agak lama kuamati, adegan di televisi itu menunjukkan dua anak kecil. Sepertinya mereka bersaudara, Seorang kakak perempuan dan adik lelakinya yang mencari ibunya entah ditinggal karena apa.. Aku tertawa, Ibuku pun mengikutiku. Lucu juga melihat anak batita yang menangis karena empati seperti itu.
                Pernah juga Ia duduk sendiri di depan rumah setelah Ia dimandikan. Ia bermain sendiri  namun matanya tetap mengamati sekelilingnya. Terdengar suara tangisan anak kecil di rumah seberang jalan. Ia tentu mengenalnya. Tidak lama, Ia berlari menghambur kepelukan ibunya yang sedang menjahit waktu itu. Lagi-lagi matanya basah. Sungguh, Kelak saat Ia sudah dewasa, aku yakin benar dia tidak mempunyai watak acuh kepada sesamanya, punya jiwa besar dan natural saja melakukan itu semua.
                Sesaaat sebelum aku kembali kesini, Ia memang sedikit rewel.Ibu, Bapak dan Aku padahal sudah di situ.  Apa pun yang kami lakukan salah di hadapannya. Aku sengaja memvideo kannya sedang menangis. Keeesokan harinya Ia membuka galeri di hape ku dan menemukan video Ia lagi menangis itu. Dan, lagi-lagi Ia menangis. Aduh nak, kami tertawa melihat kelakuanmu yang polos tapi yaaa seoerti itu.
                Apa pun makanan yang Ia punya selalu di tawarkan kepada yang lain. Apa pun itu. Meskipun kami tahu, Ia tak pernah bisa berhenti makan jelly sejempol jari itu. Ia murung saat jellynya habis. Dan kami harus berpura-pura menolaknya agar Ia puas menikmati  jelly inaco nya.
                Ia gemar membeli sesuatu dari mamang-mamang yang lewat di jalan. Meskipun pada akhirnya kami yang memakan makanan yang Ia beli. Suatu kali Aku mengantar Ia mengejar Mamang tukang bakso yang sudah agak jauh. Ia berlari, yaaaa berlarinya dia sama dengan berjalannya kami yang dewasa tentunya. Keluar halaman dan Ia menemukan adik sepupunya menangis. Tanpa diminta Ia berhenti dan menenangkan adik sepupunya tersebut. Tau apa yang  Ia lakukan? Ia mengelus pipi adiknya dan memeluk adik yang terpaut usia lima bulan darinya. Hmm.. aku hanya bisa melihat.
                Apa pun yang kami lakukan begitu cepat Ia lakukan juga. Seperti itu halnya dengan anak kecil lain. Apalagi batita yang sedang menjalan proses “periode emas” kata iklan susu formula di TV. Dari itulah, lingkungan sangat mempengaruhi bagaimana kepribadian orang dibentuk. Kitalah orang-orang terdekat yang harusnya mencotohkan dulu perilaku baik. Tidak lagi menunggu Ia tumbuh dewasa sehingga kita baru mencontohi dengan yang baik. Seperti halnya segumpal darah yang berarti segalanya bagi tubuh kita. Jika segumpal darah itu baik, maka baiklah diri kita. Ada yang berpendapat mengenai segumpal darah itu adalah Jantung, Hati nurani manusia, terakhir malah Dokter yang menjadi dosenku berpendapat bahwa segumpal darah merupakan hipotalamuse. Hipotalamuse memang kecil, terletak di kepala manusia. Kalau aku tidak salah, Hipotalamuse mempunyai tugas untuk mengatur perasaan dan sebagainya. Wallahua’lam..
                Athaya Yumnaku, yang kerap memanggilku “Kakak” meskipun tidak ada yang membiasakannya seperti itu. Mungkin dari sebayanya atau sepupu-sepupu kecilnya. Aku tidak suka sebenarnya, tapi apa pun itu.. Aku sangat yakin kamu menjadi salah satu dari mereka yang dapat menginspirasi banyak orang, dapat berbuat lebih untuk sesamamu, menjaga orang di sekitarmu.. Aku yakin. Kamu melewati masa kecilmu dengan bahagia, Semua menyayangimu, berusaha menurutimu, selalu menemanimu.. Ya, meskipun kadang kali kamu juga ikut menjadi samsak Ibu waktu Ia lagi kecapekan. Hehe.. aku juga, Tapi itu hanya sebagian kecil, bahagiamu jauuuuh lebih banyak.
Ia pandai bersolek, kerap kali kutemukan kotak make up ku terbuka dan semua isinya keluar.. Siapa lagi yang berani meminjam tanpa mengembalikannya dengan rapi? Eyeline di alis, Alis kanan atau kirinya saja, lipstik di bibirnya. Kelihatan monyong dan bibirnya jadi semakin lebar. Kuasku tetap dipegang. Diusap-usapkannya ke pipinya. Entah ini pelajaran baik atau buruk karena sering kali Ia melihat aku dan orang disekitarnya bersolek di hadapannya. Pernah suatu kali Ia lagi mengantuk dan rewel lagi. Ia ingin aku membuka laptopku dan memainkan video punya nya. Tapi sebelum video selesai Ia berteriak “Ganti Kak,” setelah ganti Ia tetap berteriak seperti itu. Ketika kutanya apa video yang Ia ingin.. Ia berkata “ayam ayam..” padahal tadi sudah kumainkan. Kumainkan lagi dan Ia berkata “gantigantiii,” “Bebek bebek,” akhirnya aku membuka video tutorial make up lalu Ia diam, Setelah beberapa menit, Aku pura-pura tidur dan akhirnya Ia tidur juga.. Rupanya hanya tutorial make up yang membuat Ia diam dan tidak memotong videonya dan mengatakan “Ganti gantiiii” dengan keras plus sedikit memukulku. (Rosyida)