Aku menemukan gadis kecil itu
menangis di depan TV nya. Tanpa suara memang, tetapi dengan ekspresi yang
menggambarkan kepiluan hatinya. Mulutnya mencibir, matanya berkaca dan mukanya
merah meski pun masih ada gurat kepolosan. Ia belum genap berumur dua setengah
tahun tapi aku banyak merasakan bahwa jalan pikirnya lebih dari anak seusia itu
yang kerap ketemui dan kupelajari saat mata kuliah Tumbuh Kembang. Saat kutanya
mengapa Ia menangis, ia hanya menunjuk dan berkata “mbaakk... nangiss...”
suaranya bergetar.. Setelah agak lama kuamati, adegan di televisi itu
menunjukkan dua anak kecil. Sepertinya mereka bersaudara, Seorang kakak
perempuan dan adik lelakinya yang mencari ibunya entah ditinggal karena apa..
Aku tertawa, Ibuku pun mengikutiku. Lucu juga melihat anak batita yang menangis
karena empati seperti itu.
Pernah
juga Ia duduk sendiri di depan rumah setelah Ia dimandikan. Ia bermain
sendiri namun matanya tetap mengamati
sekelilingnya. Terdengar suara tangisan anak kecil di rumah seberang jalan. Ia
tentu mengenalnya. Tidak lama, Ia berlari menghambur kepelukan ibunya yang
sedang menjahit waktu itu. Lagi-lagi matanya basah. Sungguh, Kelak saat Ia
sudah dewasa, aku yakin benar dia tidak mempunyai watak acuh kepada sesamanya,
punya jiwa besar dan natural saja melakukan itu semua.
Sesaaat
sebelum aku kembali kesini, Ia memang sedikit rewel.Ibu, Bapak dan Aku padahal
sudah di situ. Apa pun yang kami lakukan
salah di hadapannya. Aku sengaja memvideo kannya sedang menangis. Keeesokan
harinya Ia membuka galeri di hape ku dan menemukan video Ia lagi menangis itu.
Dan, lagi-lagi Ia menangis. Aduh nak, kami tertawa melihat kelakuanmu yang
polos tapi yaaa seoerti itu.
Apa pun
makanan yang Ia punya selalu di tawarkan kepada yang lain. Apa pun itu.
Meskipun kami tahu, Ia tak pernah bisa berhenti makan jelly sejempol jari itu.
Ia murung saat jellynya habis. Dan kami harus berpura-pura menolaknya agar Ia
puas menikmati jelly inaco nya.
Ia
gemar membeli sesuatu dari mamang-mamang yang lewat di jalan. Meskipun pada akhirnya
kami yang memakan makanan yang Ia beli. Suatu kali Aku mengantar Ia mengejar
Mamang tukang bakso yang sudah agak jauh. Ia berlari, yaaaa berlarinya dia sama
dengan berjalannya kami yang dewasa tentunya. Keluar halaman dan Ia menemukan
adik sepupunya menangis. Tanpa diminta Ia berhenti dan menenangkan adik
sepupunya tersebut. Tau apa yang Ia
lakukan? Ia mengelus pipi adiknya dan memeluk adik yang terpaut usia lima bulan
darinya. Hmm.. aku hanya bisa melihat.
Apa pun
yang kami lakukan begitu cepat Ia lakukan juga. Seperti itu halnya dengan anak
kecil lain. Apalagi batita yang sedang menjalan proses “periode emas” kata
iklan susu formula di TV. Dari itulah, lingkungan sangat mempengaruhi bagaimana
kepribadian orang dibentuk. Kitalah orang-orang terdekat yang harusnya
mencotohkan dulu perilaku baik. Tidak lagi menunggu Ia tumbuh dewasa sehingga
kita baru mencontohi dengan yang baik. Seperti halnya segumpal darah yang
berarti segalanya bagi tubuh kita. Jika segumpal darah itu baik, maka baiklah
diri kita. Ada yang berpendapat mengenai segumpal darah itu adalah Jantung,
Hati nurani manusia, terakhir malah Dokter yang menjadi dosenku berpendapat
bahwa segumpal darah merupakan hipotalamuse. Hipotalamuse memang kecil,
terletak di kepala manusia. Kalau aku tidak salah, Hipotalamuse mempunyai tugas
untuk mengatur perasaan dan sebagainya. Wallahua’lam..
Athaya
Yumnaku, yang kerap memanggilku “Kakak” meskipun tidak ada yang membiasakannya
seperti itu. Mungkin dari sebayanya atau sepupu-sepupu kecilnya. Aku tidak suka
sebenarnya, tapi apa pun itu.. Aku sangat yakin kamu menjadi salah satu dari
mereka yang dapat menginspirasi banyak orang, dapat berbuat lebih untuk
sesamamu, menjaga orang di sekitarmu.. Aku yakin. Kamu melewati masa kecilmu
dengan bahagia, Semua menyayangimu, berusaha menurutimu, selalu menemanimu..
Ya, meskipun kadang kali kamu juga ikut menjadi samsak Ibu waktu Ia lagi
kecapekan. Hehe.. aku juga, Tapi itu hanya sebagian kecil, bahagiamu jauuuuh
lebih banyak.
Ia pandai bersolek, kerap kali
kutemukan kotak make up ku terbuka dan semua isinya keluar.. Siapa lagi yang
berani meminjam tanpa mengembalikannya dengan rapi? Eyeline di alis, Alis kanan
atau kirinya saja, lipstik di bibirnya. Kelihatan monyong dan bibirnya jadi
semakin lebar. Kuasku tetap dipegang. Diusap-usapkannya ke pipinya. Entah ini
pelajaran baik atau buruk karena sering kali Ia melihat aku dan orang
disekitarnya bersolek di hadapannya. Pernah suatu kali Ia lagi mengantuk dan
rewel lagi. Ia ingin aku membuka laptopku dan memainkan video punya nya. Tapi
sebelum video selesai Ia berteriak “Ganti Kak,” setelah ganti Ia tetap
berteriak seperti itu. Ketika kutanya apa video yang Ia ingin.. Ia berkata
“ayam ayam..” padahal tadi sudah kumainkan. Kumainkan lagi dan Ia berkata
“gantigantiii,” “Bebek bebek,” akhirnya aku membuka video tutorial make up lalu
Ia diam, Setelah beberapa menit, Aku pura-pura tidur dan akhirnya Ia tidur
juga.. Rupanya hanya tutorial make up yang membuat Ia diam dan tidak memotong
videonya dan mengatakan “Ganti gantiiii” dengan keras plus sedikit memukulku.
(Rosyida)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar