Sebelas hari menuju Hari Raya. Tapi apa yang berubah dengan kita? Sudahkah kita menyegerakan sholat ketika muadzin sahut sahutan menyerukan asma-Nya bergantian tiada henti? Kalau saya sih iya, waktu bedug maghrib, bersegera mengambil mangkuk dan melahap semua yang ada di meja. Tapi tetap saja belum dengan sholat lima waktunya, apalagi sholat sunnah, dzikir ma'sturot, tilawah Al-Qur'an, mulut yang selalu saja bergosip, megeluh, menjauhkan diri dari kemaksiatan, berinfaq, saling membantu dan hal baik lainnya. Hmfff ... apa saya masih terlalu canggung untung berbuat baik?
Sudahkah saya siap ketika suatu saat nanti malaikat Izrail mencabut nyawa saya ketika saya sedang asyik ngobrol bersama sejawat saya? Pasti saya tidak mau mati konyol dalam posisi seperti itu. Maunya sih, waktu sujud saat tahajudan , Ooooh so sweet nya.
Kalau nggk sekarang, kapan lagi man kita taubatnya.. dunia udah tua. Iluminati pun dimana mana. Nggak salah deh kalau kiamat emang bergerak mendekat kita atau malah kita yang secara tidak sadar berlari mendekat sedang kita tidak dengan kondisi siap mati yaah? Entahlah.
Hmmm, Ramadhan seharusnya jadi bulan yang mempioneri sikap baik saya guna sebelas bulan kedepan hingga akhirnya Insyaalloh Ramadhan menemui kita lagi pada tahun berikutnya. Aamiin.. semoga Allah menggolongkan kita ke dalam golongan orang mukmin yang seantiasa berubah kearah kebaikan. Aamiin...
الخَاطِئَةِ بَيْنَ يَدَيْكَ. عَبِيدُكَ سِوَايَ كَثِيرٌ وَلَيسَ لِي سَيِّدٌ سِوَاكَ. لاَ مَلجَأَ وَلاَ مَنجَى مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ. أَسْأَلُكَ مَسْئَلَةَ الِمسْكِينَ. وَأَبْتَهِيْلُ إِلَيْكَ إِبْتِهَالَ الخَاضِعِ الذَّلِيْلِ. وَأَدْعُوكَ دُعَاءَ الخَائِفِ الضَّرِيْرِ. سُؤَالَ مَن خَضَعَتْ لَكَ رَقْبَتُهُ. وَرَغِمَ لَكَ أَنفُهُ وَفَاضَتْ لَكَ عَينَاهُ. وَذَلَّ لَكَ قَلْبُهُ.
“Aku mohon dengan keperkasaan-Mu dan kehinaanku agar Engkau menghiasi aku. Aku mohon kekuatan-Mu dan kelemahanku, dengan kekeyaan-Mu dan kebutuhanku kepada-Mu. Inilah ubun-ubunku yang pembohong dan penuh dosa ada di hadapan-Mu. Aku hamba-Mu, dosa-dosaku amat banyak, dan aku tidak mempunyai majikan selain Engkau. Tidak ada tempat berlindung dan lari dari-Mu melainkan kepada-Mu jua. Aku meminta kepada-Mu sebagai orang miskin; aku beribadah kepada-Mu dengan tunduk dan merendahkan diri; aku berdoa kepada-Mu dengan peresaan takut dan sabar. Aku mohon kepada-Mu sebagai permohonan orang yang lehernya tunduk kepada-Mu, patuh kepada-M, dengan air mata berderai dan hatinya hina dina”.
يَامَنْ أَلُوذُ بِهِ فِيمَا أُؤَمِّلُهُ وَمَن أَعُوْذُ بِهِ مِمَّا أُحَاذِرُهُ لاَيَجْبُرُ النَّاسُ عَظمًا أَنتَ كَاسِرُهُ وَلاَ يَهِيْضُونَ عَظْماً اَنتَ جَابِرُهُ
“Wahai Dzat yang aku berlindung kepada-Nya mengenai apa yang aku cita-citakan, wahai Dzat yang aku berlindung kepada-nya dari apa yang aku takutkan, tidak ada orang yang dapat menambal tulang yang Engkau patahkan, dan tidak ada yang dapat mematahkan tulang yang Engkau balut”.
***
http://hiszom.wordpress.com/2012/10/27/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar